Langsung ke konten utama

Bintang kecil di langit yang gelap!


oleh Edi

  Dengan dasdestastes tanpa fafitu saya menyatakan kurang setuju jika anak-anak "dituntut untuk memahami" para orang dewasa. Sebagai mantan anak-anak yang masih kekanak-kanakan, saya merasa memahami orang (yang katanya) dewasa itu _uwangel pol_ , jangankan memahami mereka memahami diri sendiri saja masih sering salah.


  Bagian yang saya tidak setuju adalah "dituntut memahami" entah menuntut secara sadar atau tidak. Dituntut memahami tentu berbeda dengan anak memahami, jika anak paham dengan orang dewasa itu sebuah hadiah, tetapi jika anak tidak paham itu hal yang biasa saja, toh orang dewasa yang seharusnya mengerti, memahami, dan paham terhadap anak-anak dan dunianya dengan catatan "jangan memaksakan" dunia orang dewasa ke dalam dunia anak-anak, biarkan anak tumbuh dengan dunia serta imajinasi mereka sendiri, para orang dewasa mengawasi dan memastikan dunia mereka menyenangkan dan asik. 


  Beberapa waktu yang lalu, saya ngobrol dengan seorang kawan kecil (umur sekitar 3-4 tahun) dan disaksikan orang tuanya. Sebut saja namanya, Dewi. 

A : Wi, besok sekolah tidak?

D : Tidak, Om. Besok hari minggu, libur (jawabannya diajarin orang tua)

A : Terus kalau minggu kamu ngapain di rumah? 

D : Ngerjain tugas (dijawab sendiri dengan tegas tanpa dibantu siapapun) 

  Mungkin, percakapan itu terasa biasa saja, tetapi bagaimana bisa anak sekecil itu bisa menjawab dengan tegas kalau hari minggu mengerjakan tugas? Awalnya saya pikir anak itu akan menjawab, "bermain, Om" ternyata jawabanya membuat kaget mantan anak-anak yang masih kekanak-kanakan ini. 


  Mendengar jawaban tersebut, jiwa kekanak-kanakanku meronta, muncul berbagai pertanyaan imajinatif yang tentunya tidak terlalu menarik untuk dibahas dan dibaca oleh orang dewasa. Ingin rasanya mengatakan, "bermain saja! Minggu kok memgerjakan tugas. Besok dewasa tugas dan tuntutanmu banyak lho".


  Tanpa mengurangi rasa hormat kepada orang-orang dewasa di luar sana, saya hanya ingin anak-anak tidak terlalu dibebani dengan persoalan-persoalan masa depan. Biarkan anak tumbuh, biarkan bermain, dan biarkan anak menikmati dunia kecilnya. Urusan pembelajaran dan pendidikan ajarkanlah dan sampaikanlah, tetapi penyampaian, metode, serta pola _mbokya_ yang sejalan dengan dunia anak-anak.


  Kembali lagi ke awal tulisan, bagian yang saya tidak setuju adalah "dituntut", dan alangkah asiknya ketika bisa diganti dengan "menumbuhkan". Dituntut paham diganti dengan menumbuhkan pemahaman, dituntut bisa diganti dengan menumbuhkan kebiasaan, dituntut menjadi anak baik diganti dengan menumbuhkan kebaikan. Menumbuhkan adalah usaha untuk membuat tumbuh, wilayah kita hanya menyirami, memupuk, dan menjaga agar mendapat sinar matahari yang cukup, urusan tumbuh atau tidak, tumbuh seberapa, dan arah tumbuhnya ke mana, itu urusan yang memiliki kehidupan. 


  Tulisan ini bukan kebenaran, hanya sekadar suara nyanyian sumbang yang belum disadari kesalahannya. Mohon maaf, Bintang kecil di langit yang gelap!

Komentar

TERBAIK

Mahasiswa KKN UNS Hidupkan Semangat Literasi di Desa Sengi Melalui Program Membaca dan Proyek Kreatif

    Dukun, Magelang – Semangat literasi kembali bergema di Desa Sengi berkat rangkaian program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS). Selama pertengahan Juli hingga awal Agustus 2025, para mahasiswa melaksanakan sejumlah kegiatan inovatif yang dirancang untuk menumbuhkan minat baca dan kreativitas anak-anak, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Program pertama, “Bacakan Saya Buku (Read Me A Book)” , berlangsung di Taman Baca Masyarakat (TBM) Omah Moco  Desa Sengi sejak 16–23 Juli 2025. Dalam kegiatan ini, mahasiswa KKN membacakan buku cerita dengan ekspresi menarik dan mengajak anak-anak berdiskusi. Suasana penuh antusiasme tampak ketika anak-anak menyimak kisah demi kisah, yang diharapkan mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sejak dini.   Selanjutnya, pada 21–24 Juli 2025, mahasiswa melaksanakan program “Membaca Nyaring”  di SDN Sengi 2. Kegiatan ini memiliki konsep serupa, namun difokuskan pada lingkungan sekolah. Anak-a...

Selayang Pandang

       Berawal dari jagongan sederhana dirumah fajar, ada 5 pemuda gelisah sedang ngobrol saling bertukar keluh-kesah masing-masing, obrolan berawal dari permasalahan-permasalahan yang ringan seperti nanya kabar, kesehatan sampai pembahasan yang terkesan serius. Permulaan Obrolan serius tentang   politik yang kita rasakan seperti ada permasalahan yang cukup mengelitik, tetapi kita hanya bisa diskusikan tanpa bisa berbuat apa-apa. Selanjutnya melihat permasalahan-permasalahan di lingkungan sekeliling kita yang ternyata banyak sekali masalah seperti, Pendidikan, teknologi informasi, Sampah, Agama sampai permasalahan pergaulan Anak.      Setelah sekian lama kita ngobrol maka kita menginginkan ada sesuatu hasil dari obrolan yang nglantur ini, munculah ide dari edi untuk membuat sebuah rumah baca, selanjutnya disetujui bersama bahwa Membuat rumah baca bisa digunakan sebagai wadah untuk menampung pikiran-pikiran yang tidak tersalurkan.   tujuan ...

RIHLAH DI GEMBIRA LOKA DAN SKE

  O leh  Gasa Wildan Dwi Raska (Kelas 5 SDITQ AL IKHLASH ) Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wa barakatuh Nama saya Gasa wildan dwi raska      Pada hari Rabu pagi tanggal 14 Desember 2022 aku dan teman-teman mengikuti piknik ke Gembira Loka dan SKE. Kami berangkat mengunakan 2 bus. perjalanan dari pukul 06.00 sampai ke Gembira Loka pukul 08.30, saat di Gembira Loka kami berkumpul dan berfoto sebelum memasuki kebun binatang Gembira Loka. Aku dan kelompok melihat hewan-hewan, tetapi sayangnya kami tidak boleh memberi makanan kapada hewan-hewan. binatang yang disana ada banyak seperti ikan, ayam, burung, singa, harimau, ular, babi, pingwin dll. klompok ku di dampingi oleh ustadzah Esy dan ustdzah Indria. setelah dari Gembira Loka kami shalat dzuhur di Masjid Pangeran Diponegoro.       Setelah shalat dzuhur kami makan bersama di parkiran masjid. sehabis itu melanjutkan perjalanan menuju ke SKE (Sindu Kusuma Edupark) setelah sampai kami berbaris u...